
SEMARANG – Anggota DPRD Kota Semarang Suharsono mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang untuk meningkatkan pemenuhan air bersih untuk warganya.
Dia menyebut, PDAM Tirta Moedal Kota Semarang baru dapat memenuhi 60 hingga 70 persen kebutuhan air bersih.
“PDAM sekarang sedang melakukan pembangunan SPAM Semarang Barat dan SPAM Jatisari. Kedepan, kami harap setidaknya 90 persen hingga 95 persen kebutuhan air bersih dapat terpenuhi,” ucapnya, seperti dikutip dari TRIBUN Jateng pada Senin (23/9/2019) di Kota Semarang.
Dia juga mendorong Pemkot Semarang untuk mulai memikirkan teknologi pemanfaatan air laut untuk kebutuhan air bersih.
Dia yakin, Kota Semarang yang sudah menerapkan smart city dapat menerapkan teknologi pengolahan air laut menjadi air bersih. “Di Makkah, Madinah, sudah menggunakan teknologi pengubahan air laut menjadi air bersih, saya harap Kota Semarang juga bisa menerapkan ini,” katanya.
Saat ini, Suharsono mengatakan, ada sekitar tujuh daerah di Kota Semarang yang masuk dalam zona merah. Artinya, daerah tersebut tidak boleh dibuat sumur bor lagi, diantaranya Tugu, Genuk, Semarang Utara, Semarang Barat, dan Gayamsari.
Saat ini, diketahui penurunan permukaan tanah di Kota Semarang disebabkan oleh pengambilan air tanah yang tidak terkendali. Hal ini dipicu karena semakin banyaknya perusahaan di Kota Semarang yang memanfaatkan air tanah. Selain penggunaan air tanah yang semakin banyak, konsolidasi tanah lunak juga mengakibatkan penurunan tanah, seperti tanah daerah pesisir yang memiliki jenis tanah berlumpur.
Terpisah, Plt Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Widoyono mengatakan, penurunan permukaan tanah di Kota Semarang disebabkan oleh pengambilan air tanah yang tidak terkendali.
Hal ini dipicu karena semakin banyaknya perusahaan di Kota Semarang yang memanfaatkan air tanah. Selain penggunaan air tanah yang semakin banyak, konsolidasi tanah lunak juga mengakibatkan penurunan tanah, seperti tanah daerah pesisir yang memiliki jenis tanah berlumpur.
“Sebenarnya rumah tangga tidak terlalu menyedot air tanah. Yang banyak menyedot adalah perusahaan karena perusahaan memerlukan banyak air bersih,” tutur Widoyono, Rabu (18/9/2019).
Menurutnya, penurunan tanah di Kota Semarang memang perlu penanganan serius.
Saat ini, penurunan permukaan tanah di Kota Semarang rata-rata mencapai 10 centimeter (cm) per tahun di beberapa wilayah diantaranya Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Tengah, Gayamsari, sebagian Semarang Barat, dan sebagian Pedurungan.
“Satu tahun memang tidak terasa hanya 10 cm, tapi kalau 10 tahun sudah 1 meter. Ini memang perlu penanganan serius,” tuturnya.
Lebih lanjut, Widoyono memaparkan, perlu ada upaya pengurangan pengambilan air tanah. Pemkot pun berusaha meningkatkan supply air bersih melalui PDAM. Termasuk, pembangunan SPAM Semarang Barat yang saat ini tengah dikerjakan.
“SPAM Semarang Barat ini sebagai salah satu upaya meningkatkan supply air bersih sehingga masyarakat tidak mengambil air tanah secara berlebihan,” jelasnya.
Dia menambahkan, pembangunan embung juga dilakukan untuk menampung air hujan agar tidak langsung mengalir ke laut. Sehingga, air yang ditampung dalam embung dapat menjadi air baku mengisi air tanah.
Rencananya, Pemkot akan membangun 59 penampung air. Sedangkan saat ini baru memiliki 29 penampung air. Sisanya, akan dibangun secara bertahap. “Penampung air itu ada bendungan, waduk, dan embung. Ini untuk menampung air hujan agar tidak langsung mengalir ke laut sehingga bisa dimanfaatkan,” ucapnya.
Sumber: Tribun Jateng