SEMARANG – Aksi tawuran berdarah di kawasan Taman Indonesia Kaya atau Taman KB Semarang, Kamis (2/9) sekitar pukul 15.00, masih dalam pengusutan aparat Polrestabes Semarang.
Satu per satu pelajar yang terlibat aksi tawuran tersebut diciduk anggota Resmob Satuan Reskrim.
Sedikitnya ada 16 pelajar yang diduga terlibat dalam tawuran tersebut diamankan. Selain itu, diduga tawuran tersebut juga melibatkan alumni SMK Negeri 4 Semarang.
“Tadi saya sosialisasi ke SMK Negeri 4 Semarang bertemu petugas Resmob Polrestabes Semarang. Mereka menyampaikan mohon dibantu untuk menjemput pelajar yang diduga ikut terlibat tawuran. Ada 16 orang,” ungkap Kapolsek Semarang Selatan Kompol Untung Kistopo kepada Jawa Pos Radar Semarang, Jumat (3/9).
Dalam perkelahian pelajar itu, polisi telah mengamankan 10 pelajar. Sedangkan korban berinisial AN, 17, siswa SMK Negeri 3 Semarang, tinggal di Jalan Jrobang Raya, Ngesrep, Banyumanik.
Ia mengalami luka sobek dan patah tulang pada pergelangan tangan kiri, luka lecet pada lutut kaki kanan dan kiri, serta luka memar di wajah. Korban dirawat di RS Roemani Semarang
Kapolsek Untung menegaskan, penanganan kasus tawuran antarpelajar ini dilakukan oleh Polrestabes Semarang.
“Pemicu awalnya kan lewat Instagram. Mereka ngajak berkelahi, ternyata langsung ditampani (diterima). Kemudian titik kumpul di Taman Indonesia Kaya. Yang paling tegel (tega) itu alumni SMK Negeri 4, sekarang berstatus mahasiswa,” bebernya.
Penelusuran koran ini, alumni yang terlibat tawuran tersebut berinisial EMR, 18, mahasiswa salah satu PTS di Kota Semarang. Ia ikut diamankan bersama sembilan pelajar lainnya. Yakni, ZI, 18, siswa SMKN 3 tinggal di Dadapan, Sendangmulyo, Tembalang; AB, 18, siswa SMKN 3 warga di Sendangguwo Selatan, Tembalang; DT, 16, siswa SMKN 3 asal Desa Dolok, Mranggen, Demak, dan DE, 18, tinggal di Kalisari, Semarang.
Selain itu, GPY, 19, warga Tegal Kangkung, Semarang; IF, 18, warga Jalan Lembayung, Sendangguwo, Tembalang; ALB, 18, warga Jalan Karangrejo Selatan, Tinjomoyo, Banyumanik; PM, 16, siswa SMKN 3, warga Jalan Jaten, Pedurungan Tengah, Semarang, serta JO, 15, warga Pondok Majapahit I, Bandung Rejo, Mranggen, Demak.
Pihaknya mengaku telah mendatangi dua SMK Negeri yang siswanya terlibat dalam aksi tawuran tersebut.
Selain Untung, Kasat Binmas Polrestabes Semarang Kompol Muh Samdani juga telah melalukan sosialisasi dan imbauan terkait bahayanya aksi tawuran.
“Saya juga mengimbau kepada para guru mengawasi anak didiknya, terutama yang terlibat tawuran dimohon betul-betul diawasi dan dikendalikan,” pesannya.
Selain itu, lanjut dia, kepada para orangtua juga untuk lebih mengontrol perilaku dan aktivitas anaknya di luar sekolah. Hal ini dilakukan agar tak terlibat dalam aksi yang bertentangan dengan hukum. Terlebih tindak kejahatan dan narkoba.
“Kalau sudah di rumah orang tua harus benar-benar mengawasi, dan mengontrol baik lewat handphone-nya agar langsung pulang ke rumah,” jelasnya.
Kepala SMK Negeri 3 Semarang Dra Ummi Rosydiana MPar mengatakan, pihaknya menyerahkan segala proses hukum yang melibatkan siswanya kepada pihak kepolisian. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan juga akan memberikan sanksi kepada siswanya yang terlibat aksi tawuran tersebut.
“Secara akademik tentu saja kejadian itu akan kita proses sesuai tata tertib yang berlaku. Tapi kejadian ini sudah jadi ranah kepolisian. Untuk ranah hukum atau pidananya, kami serahkan ke pihak kepolisian yang menangani kejadian ini,” katanya.
Ditanya sanksi apa yang akan dijatuhkan oleh pihak sekolah, Ummi mengatakan masih menunggu proses pemeriksaan di kepolisian.
“Kami akan memanggil orangtua siswa, serta siswa yang terlibat. Nanti akan ditindaklanjuti sesuai tata tertib yang berlaku. Saat ini, kami masih mempelajari dan belum bertemu dengan anak-anak itu (siswa yang terlibat tawuran, Red),” bebernya.
Hal senada disampaikan Waka Kesiswaan SMK Negeri 3 Semarang Sukijo. Ia menegaskan, pihaknya tak segan mengembalikan siswa didiknya kepada orangtuanya manakala melakukan tindak kriminal.
“Peserta didik yang sudah melanggar seperti ini, kasus kriminal, membawa senjata tajam, serta ada korbannya, maka itu sudah point terakhir untuk dikembalikan ke orangtua,” tegasnya.
Wakasatreskrim Polrestabes Semarang AKP Agus Supriyadi mengatakan, masih terus melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap siswa yang diamankan. Pihaknya juga belum menetapkan adanya tersangka dalam kasus ini.
“Penetapan tersangka belum, ini masih pemeriksaan. Nanti kita sampaikan lagi,” janjinya.
Terpisah, kalangan DPRD Kota Semarang menyayangkan adanya kejadian ini.
“Sangat disayangkan. Ini pihak sekolah kecolongan. Perlu dilacak apa yang menyebabkan tawuran ini?” ujar Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Muhammad Afif kepada Jawa Pos Radar Semarang, Jumat (3/9).
Wakil rakyat dari Fraksi PKS ini khawatir hal ini membuat para orangtua tidak mengizinkan anaknya sekolah secara luring.
Padahal euforia menyambut pembelajaran tatap muka (PTM) ini sudah sangat terlihat mengingat pembelajaran luring sudah lama tidak dilakukan.
Ia meminta pihak sekolah untuk waspada, serta mengingatkan dan mengondisikan para siswanya untuk tertib. Ia juga berpesan kepada orang tua yang sudah memberikan izin anaknya untuk mengikuti PTM agar menasihati supaya tidak terlibat tawuran.
“Karena hal ini sangat merugikan diri sendiri, orangtua, dan sekolah. Seharusnya jadi momen belajar, bukan kesempatan untuk tawuran,” tegasnya.
Seperti diberitakan kemarin (3/9), pembelajaran tatap muka (PTM) baru digelar empat hari.
Namun sudah tercoreng oleh aksi tawuran puluhan pelajar SMK Negeri di Kota Semarang, Kamis (2/9) sore.
Kejadiannya di kawasan Taman Indonesia Kaya (Taman KB) Semarang Selatan, tepatnya di depan SMA Negeri 1 Semarang.
Akibat kejadian ini, seorang siswa terluka parah. Selain itu, sembilan siswa yang terlibat tawuran diamankan polisi. Petugas juga mengamankan senjata tajam jenis celurit yang digunakan tawuran.
Informasi yang diperoleh koran ini, puluhan pelajar tersebut berasal dari kubu SMK Negeri 3, dan SMK Negeri 4 Semarang.
“Tawurannya nggak lama, cuma sekitar lima menit,” kata juru parkir Taman Indonesia Kaya, Slamet, 58, kepada Jawa Pos Radar Semarang, Kamis (2/9).
Sumber: Radar Semarang