Pojok Fraksi

Joko Widodo: Ibu-Ibu Garda Terdepan Ketahanan Pangan

Semarang – Di tengah meningkatnya Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Kota Semarang yang menunjukkan perbaikan signifikan, peran strategis ibu rumah tangga sebagai garda terdepan dalam menjaga kualitas dan keamanan pangan keluarga menjadi sorotan utama. Hal ini ditegaskan oleh Joko Widodo, Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang, dalam acara peringatan Hari Pangan Sedunia di Balai Kota Semarang, Kamis (26/6/2025).

Joko Widodo memaparkan data dari Badan Pangan Nasional yang menunjukkan IKP Kota Semarang melonjak dari 87,13 pada 2022 menjadi 91,31 pada 2023, dan terus menguat ke angka 92,74 pada 2024. Meskipun angka ini menandakan ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan bergizi semakin kokoh, ia menggarisbawahi bahwa tantangan terbesar justru terletak di tingkat rumah tangga.

“Peningkatan indeks ini adalah kabar baik, namun kita tidak boleh lengah. Pengelolaan pangan di rumah tangga masih menjadi sumber utama kasus keracunan. Di sinilah peran ibu-ibu menjadi sangat vital,” ujar Joko Widodo.

Menurutnya, perempuan atau ibu-ibu memegang peran dominan yang mencapai 60-80% sebagai pelaku utama dalam pengelolaan pangan keluarga. Oleh karena itu, pemberdayaan mereka menjadi kunci untuk memastikan makanan yang tersaji di meja makan aman dan berkualitas.

“Pemberdayaan mereka adalah kunci. Berbagai pelatihan dan kampanye kami fokuskan untuk meningkatkan kemampuan ibu-ibu dalam memilih bahan baku yang aman dan mengolahnya secara higienis,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Joko Widodo juga mengingatkan masyarakat akan ancaman nyata dari bahan kimia berbahaya yang kerap disalahgunakan pada pangan, seperti boraks, formalin, serta pewarna tekstil seperti rhodamin B dan metanil yellow. Selain itu, penggunaan pemanis dan pengawet yang melebihi ambang batas aman serta residu pestisida pada sayur dan buah masih menjadi isu krusial.

“Kesadaran akan kebersihan selama proses pengolahan pangan juga menjadi faktor penentu. Kurangnya perhatian pada aspek ini menjadi penyebab utama tingginya kasus keracunan di tingkat keluarga,” tegasnya.

Ia menegaskan bahwa ketahanan pangan adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan pemerintah, produsen, dan masyarakat. Pemerintah Kota Semarang terus berkomitmen memperkuat pengawasan di pasar-pasar tradisional serta menggencarkan pelatihan bagi ibu rumah tangga dan kader masyarakat. Program-program ini terbukti efektif menekan angka keracunan pangan seiring meningkatnya pengetahuan dan disiplin para ibu.

“Dengan keterlibatan aktif ibu-ibu, kami optimistis ketahanan pangan di Semarang akan semakin kuat. Peran mereka tidak hanya menjaga dapur keluarga, tetapi juga menjadi aset berharga dalam pembangunan ketahanan pangan berkelanjutan di kota ini,” tutupnya.