SEMARANG — Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Dini Inayati, menyampaikan optimismenya terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Semarang, khususnya di sektor perdagangan dan jasa. Hal ini disampaikannya dalam rapat Panitia Khusus (Pansus) pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang yang kini memasuki fokus pada sektor perekonomian.
Menurut Dini, sektor perdagangan dan jasa harus menjadi motor utama penggerak ekonomi kota. Ia menekankan pentingnya tidak hanya meningkatkan perputaran ekonomi warga lokal, tetapi juga menjadikan Kota Semarang lebih menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
“Yang perlu kita pikirkan bukan hanya jumlah wisatawan yang datang ke Semarang, tapi bagaimana agar mereka tinggal lebih lama di Kota Semarang. Dengan begitu, hotel-hotel akan bergeliat, ekonomi kreatif semakin tumbuh, dan perputaran uang semakin besar,” ujar Dini.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya menghidupkan kembali fungsi pasar tradisional sebagai bagian dari ekosistem pariwisata kota. Dini mencontohkan keberhasilan Pasar Klewer di Solo dan Pasar Beringharjo di Yogyakarta yang mampu menjadi destinasi belanja sekaligus mendukung wisata budaya.
“Pasar Beringharjo punya paket wisata yang menyatu dengan kunjungan ke Keraton Yogyakarta. Di Semarang, apakah kita bisa merancang hal serupa? Bisa tidak Pasar Johar dipaketkan dengan wisata Kota Lama? Kota Lama sudah ramai, tapi wisatawan jarang tertarik ke Pasar Johar. Mengapa? Sebegitu tidak menarikkah pasar tradisional kita?!” tegasnya.
Kritik Terhadap Konsep “Pasar Tradisional Modern”
Dini juga mengkritisi penggunaan istilah “pasar tradisional modern” dalam beberapa proyek pembangunan pasar. Menurutnya, label “modern” tidak seharusnya berhenti pada tampilan fisik saja, melainkan harus menyentuh aspek fungsional dan pengalaman pengguna.
“Jangan sampai kita hanya membangun gedung pasar yang modern tapi tidak smart building. Pedagang dan pembelinya tidak mau naik ke lantai dua, apalagi tiga. Tidak ramah pengguna, tidak punya nilai estetika, tidak hemat energi. Ujungnya pasar menjadi sepi pengunjung, seperti yang terjadi di banyak pasar tradisional Kota Semarang,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia mendorong perlunya perencanaan ulang terhadap revitalisasi pasar tradisional. Menurutnya, pasar harus dirancang sebagai ruang interaksi ekonomi, sosial, dan budaya—bukan hanya bagi warga lokal, tetapi juga sebagai magnet wisatawan.
“Saya minta agar ada optimasi dan rehabilitasi menyeluruh terhadap prosedur pengelolaan pasar tradisional. Kita harus punya konsep yang jelas, pasar seperti apa yang ingin kita wujudkan agar benar-benar menjadi daya tarik bagi wisatawan,” pungkas Dini.
Ia menutup dengan menegaskan bahwa sektor perdagangan dan jasa sangat potensial untuk menjadi pengungkit ekonomi Kota Semarang. Namun, pertumbuhan tersebut harus dibarengi dengan peningkatan kualitas destinasi wisata, perpanjangan waktu tinggal wisatawan, dan penguatan fungsi ruang publik yang lebih bermakna.